#htmlcaption1 Go UP! Pure Javascript. No jQuery. No flash. #htmlcaption2 #htmlcaption3

Thursday, January 17, 2013

Membentuk Keluarga Muslim



 
Salah satu prinsip yang mulai hilang dari tengah masyarakat kita adalah kesadaran bahwa reformasi masyarakat tidaklah berdiri sendiri. Menurut Hasan Al Banna, bahwa reformasi suatu bangsa dimulai dari pembentukan pribadi muslim yang kokoh. Tahapan reformasi yang dituntut dan harus dilakukan oleh seorang reformis adalah:
  1. Melakukan reformasi terhadap dirinya sendiri sehingga ia menjadi pribadi yang kuat secara fisik, berakhlak mulia, berwawasan luas, mampu mencari nafkah, memiliki aqidah yang murni, beribadah dengan baik, mampu menempa diri, mengelola waktunya dengan aefektif, tertib dalam semua urusan dan bermanfaat bagi sesamanya
  2. Membentuk keluarga muslim dengan menghormati seluruh anggota keluarga untuk menghormati pendapat masing-masing, menjaga adab-adab Islam dalam kehidupan sehari-hari, memilih pasangan yang baik, menyadarkan akan peran/tugas dan tanggung jawabnya, mengenalkan pendidikan anak yang baik, bersikap bijak pada pembantu, dan membimbing semua penghuni rumah agar tumbuh dan beraktivitas di atas landasan-landasan Islam
  3. Melakukan reformasi di masyarakat dengan menebar sebanyak mungkin kebaikan di tengah mereka, memerangi segala sikap rendah dan munkar, memberikan motivasi untuk berprestasi, mengajak pada kebaikan, menyuburkan amal-amal yang baik, membentuk opini umum yang bernafaskan Islam, serta mewarnai seluruh kehidupan masyarakat dnegan nilai-nilai kebaikan
  4. Melakukan reformasi bangsa dnegan melepaskan bangsa itu dari segala cengkeraman penjajah yang menjelma dalam berbagai bentuk baik dari sisi politik. Ekonomi, dan spiritual
Peran Keluarga dalam Membangun Bangsa yang Berperadaban
Dalam fikih Islam dikenal bahwa tujuan-tujuan dari berkeluarga adalah menjaga/melanjutkan keturunan, meraih ketenangan/sakinah, memupuk rasa cinta/mawadah, berkasih sayang/rahmah., menjaga kehormatan serta menjaga sikap/suasana keagamaan dalam keluarga. Terdapat tujuan-tujuan berkeluarga yang tidak populer di tengah masyarakat:

  1. Mendidik generasi yang memiliki karakter Islam. Suatu keluarga tidak dikatakan sebagai keluarga muslim kecuali apabila tergambar nilai-nilai Islam dan anak-anaknya dididik dengan pendidikan Islam.Metode: keteladanan, mengajak dengan sikap bijaksana (hikmah) dan nasehat yang baik,cerita dan pengalaman, hadiah dan hukuman
  2. Menjaga adab Islam dan keluarga. Misal: perabotan yang tidak bertentangan dengan syariah, adab makan, minum, berinteraksi dengan orang yang lebih tua, lebih muda, kerabat,tetangga,  dll
  3. Menyambungkan hati anak dengan masjid. Sesungguhnya masjid mengenalkan seseorang pada kebersihan dengan maknanya yang sangat luas, ketaatan, disiplin, keteraturan, dan semua kaidah-kaidah kehidupan bermasyarakat.
  4. Mendorong anak yang telah dibekali dengan akhlak Islam untuk terjun dalam masyarakat. Akhlak Islam itu terangkum dalam dua hal yaitu menunaikan kewajiban dan memelihara hak
  5. Mengarahkan anak untuk selalu berprestasi dan kreatif. Bukan hanya mendorong, akan tetapi juga mengarahkan dan memberikan sarana yang dibutuhkan untuk memicu prestasi dan kreatifitas masing-masing
  6. Mengarahkan anak untuk selalu berdakwah kepada Allah SWT
  7. Membina hubungan baik antar keluarga muslim
Sumber: Buku "Langkah Cinta Untuk Keluarga"

3 Resep Keluarga Sakinah untuk yang Baru Menikah






Bagaimana agar pasangan suami istri yang sebelumnya tidak saling kenal kecuali sekedar ta'aruf singkat, bisa mudah menyatu dan kemudian terbentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah serta menjadi keluarga dakwah? Berikut ini tiga resep keluarga almarhumah Yoyoh Yusroh yang terbukti mudah menyatu, harmonis dengan 13 anak-anaknya, serta menjadi keluarga dakwah.

Seperti ditulis Zirlyfera Jamil dkk dalam buku "Langkah Cinta untuk Keluarga", tiga resep keluarga Yoyoh Yusroh:

Pertama, memiliki komitmen bersama untuk tujuan bersama.
Jika pasangan suami istri memiliki komitmen yang sama, maka keluarga tersebut akan mudah menyatu. Meskipun tidak begitu saling kenal, tujuan yang sama akan mendekatkan. Meskipun sifat dan latar belakang berbeda, tujuan yang sama akan menghimpun warna-warna menjadi pelangi. Tentu, tujuan yang bisa demikian adalah tujuan yang robbani. Seperti keluarga Yoyoh Yusroh yang ingin sejak awal berkomitmen membawa seluruh anggota keluarga meraih surga.

Kedua, masing-masing pasangan suami istri memiliki kesiapan untuk saling mendukung dan menerima.

Menyadari bahwa setiap mereka adalah manusia yang tidak sempurna. Menyadari bahwa suami dan istri adalah pribadi yang terus berproses dan bertumbuh. Kesadaran ini akan membuat suami mudah memaafkan istrinya, apalagi jika itu adalah kesalahan kecil atau kesalahan pertaama. Istri juga berlapang dada jika ada hal yang tak disukainya. Dan demikianlah cinta. Cinta karena Allah. Sungguh indah sabda Rasulullah, "Bukanlah cinta karena Allah, jika karena kesalahan pertama membuat mereka berpisah."

Ketiga, berbagi syukur dan sabar silih berganti.

Adakalanya istri bersabar dan suami bersyukur, adakalanya juga istri yang bersyukur dan suami yang bersabar. Sebab, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita sebelumnya tidak tahu persis istri dan suami kita itu kelebihannya apa dan kekurangannya apa. Dalam ta'aruf memang diungkapkan kelebihan dan kekurangan tersebut, namun sering kali bahasa verbal tidak bisa kita pahami lebih baik daripada setelah berinteraksi dengannya, bersama dalam rumah tangga. Percayalah, jika kita mencari istri atau suami yang sempurna dalam segala hal, kita takkan pernah menemukannya.


Namun.... ketahuilah bahwa

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)


Menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Allah telah jadikan kekuranga itu tidak tampak/ Wallahu a'lam. Semoga Allah memuliakannya di akhirat sebagaimana ia selalu memuliakan saudaranya, sahabatnya, dan siapapun yang ia temui, dan hidup bersama para shahabiyat yang dicintainya. Aamiin